Kamu masih ingat tidak momen perpisahan sekolah SMP atau SMA mu? Biasanya pelajar di Indonesia akan rekreasi ke pulau Dewata Bali, yang terkenal dengan keindahan alam dan budayanya. Tidak hanya turis lokal, turis mancanegara pun turut mengakui keindahan Bali. Pantai-pantai berpasir putih, matahari yang bersinar sepanjang hari serta keelokan budaya Bali yang masih asli dan terjaga, juga menjadikan Bali dikagumi oleh banyak turis mancanegara yang datang.
Walaupun banyak turis berbagai negara datang, masyarakat Bali tetap bisa melestarikan adat-istiadat asli mereka. Termasuk dalam membangun rumah. Kalau Kamu perhatikan, model rumah masyarakat Bali mayoritas berbentuk rumah-rumah gapura khas Bali. Bebatuan dimana-mana, ada dupa di sudut-sudut rumah, sesuai dengan adat-istiadat Bali. Bahkan jika membangun rumah di luar Bali, orang Bali tidak jarang juga menggunakan model rumah adat Bali. Wah, sangat konsisten ya!
Masyarakat Bali membangun rumah mereka tidak sembarangan ya, mereka menggunakan filosofis Asta Kosala Kosali atau asas kedinamisan dan keselarasan hidup sebagai acuan membangun rumah. Ibarat budaya China, asas ini seperti Feng Shui-nya orang-orang Bali. Dan filosofis ini tercantum dalam kitab suci Weda, bukan filosofis sembarangan bagi orang Bali. Yang sudah turun-temurun digunakan dan harus diwariskan, karena bagi mereka rumah adalah miniature alam semesta.
[toc]
Aturan-aturan Penting dalam Rumah Adat Bali
Kalau dibagi secara garis besar, unsur rumah adat Bali ada dua. Pertama adalah bagian Gapura Candi Bentar, kedua bagian rumah hunian adat. Seperti prinsip awal yang Kamu baca sebelumnya, dua unsur rumah tersebut harus dibangun berdasar aturan kitab Weda, Asta Kosala Kosali. Nah, untuk menambah wawasan dan pengetahuan Kamu, simak detil unsur-unsur yang diatur dalam rumah adat Bali di bawah ini ya, check this out!
Patokan Mengatur Rumah
Sesuai dengan panduan Asta Kosala Kosali, sudut utara dan timur adalah sudut yang lebih suci daripada sudut barat dan selatan. Jadi jangan heran ya, kalau banyak orang Bali yang menghadapkan rumah atau perkampungan orang Bali kearah utara atau timur.
Aturan Membangun Gapura Candi Bentar dan Rumah Hunian
Pertama, untuk Gapura Candi Bentar yang merupakat rumah adat. Kamu pernah melihat acara televisi, yang menampilkan ada dua gapura berbentuk candi sejajar yang ada di bagian depan rumah orang Bali? Nah itu yang disebut dengan Gapura Candi Bentar. Diletakkan di depan, sebelum halaman dan pura di rumah orang Bali.
Kamu masih ingat apa unsur kedua di rumah orang Bali? Ya benar, rumah hunian. Bangunan ini berbentuk segi empat, yang berisi bangunan-bangunan dengan fungsinya masing-masing. Membangunnya harus dikelilingi tembok besar, untuk memisahkan bagian luar dan dalam rumah ya. Di bawah ini Kamu bisa baca detil bangunan di dalam rumah hunian.
Angkul – angkul
Angkul – angkul adalah pintu masuk utama sebelum rumah huniah. Secara bentuk hampir sama sih dengan Gapura Candi Bentar, bedanya fungsinya lebih ke pintu rumah bukan pagar depan seperti Gapura Candi Bentar. Dan satu lagi pembeda, adalah Angkul-angkul harus diberi atap diatas nya ya, sebegai penghubung kedua candi sejajar nya. Sudah paham bedanya?
Aling aling
Kedua adalah Aling-aling atau penghalang. Ini berfungsi sebagai pembatas Angkul-angkul dengan halaman depan tempat suci. Dilengkapi dinding atau patung pembatas yang disebut dengan Penyengker. Di dalamnya ada ruang untuk penghuninya bisa beraktivitas.
Pura keluarga
Pura ini juga disebut sebagai bangunan Pamerajan atau Sanggah. Yang berfungsi sebagai tempat ibadah dan berdoa umat Hindu di Bali. Aturannya, pura akan diletakkan di sudut timur laut dari rumah hunian.
Pembagian Ruangan Rumah Hunian dan Fungsinya
Bale Manten
Adalah ruangan yang diperuntukkan untuk kepala keluarga dan anak gadis. Letaknya di sebelah utara rumah hunian, berbentuk persegi panjang, dan terdapat bale-bale di bagian kanan dan kirinya ya. Orang Bali percaya bahwa Bale Manten ini merupakan bentuk perhatian mereka pada anak gadis dalam keluarga Bali.
Bale Dauh
Berbeda dengan Bale Manten, Bale Dauh adalah tempat untuk menerima tamu dan juga tempat tidur para remaja laki-laki. Namun bentuknya hampir sama, yaitu persegi Panjang. Hanya saja Bale Dauh letaknya di bagian dalam ruangan. Aturannya, Bale Dauh diletakkan di sisi barat dan harus lebih rendah dari Bale Manten. Pembeda lainnya, Bale Dauh memiliki tiang penyangga ruangan yang jumlahnya beragam di setiap rumah.
Bale Sekapat
Adalah tempat bersantai bagi anggota keluarga di Bali. Untuk berkumpul, bercengkrama dan menjadikan mereka harmonis satu sama lain. Bentuknya seperti gazebo dengan empat tiang penyangga. Sangat syahdu ya jika dibayangkan, bersantai sambil minum teh dan ngobrol santai dengan keluarga kita di Bale Sekapat ini. Wah jadi ingin ke Bali ya!
Bale Gede
Merupakan tempat melakukan ritual adat keluarga Bali, juga tempat untuk berkumpul dan menyajikan makanan khas bali, serta membakar aneka sesaji. Aturannya bentuk Bale Gede ini adalah persegi panjang, dengan dua belas tiang penyangga. Posisi Bale Gede ini harus lebih tinggi daripada Bale Manten ya, menunjukkan tingginya kegiatan pemujaan dan upacara adat Bali.
Jineng / Klumpu
Tempat menyimpan gabah yg telah dijemur, hasil bertani orang Bali. Supaya hasil panen milik keluarga terhindar dari serangan burung dan jamur, hasil panen harus diletakkan di tempat yang tertutup dan tidak lembab. Maka dari itu bangunan ini dibuat dengan posisi yang tinggi dan berbentuk goa beratapkan jerami.
Pawaregen
Sederhananya ini adalah dapurnya orang Bali. Fungsinya tentu untuk aktivitas memasak, yang dibagi menjadi area memasak dan menyimpan alat-alat dapur. Aturannya Pawaregan ini diletakkan di sebelah barat laut ya atau kalau dilihat dari rumah hunian letaknya di sebelah selatan rumah hunian.
Lumbung
Terakhir adalah lumbung atau menyimpan makanan pokok. Jagung, padi, dan teman-temannya diletakkan di sini. Selain gabah tentunya, karena gabah diletakkan di Jineng.
Filosofi Dalam Rumah Adat Bali
Seperti yang Kamu baca di awal artikel ini, dalam membangun rumahnya masyarakat Bali, Arah, bentuk bangunan, warna rumahnya semua memiliki fillosofi yang berpijak pada kitab suci Weda, dengan asas Asta Kosala Kosali atau kedinamisan. Orang Bali mempercayai kedinamisan akan tejadi jika Pawongan, Palemahan, dan Parahyangan beriringan secara harmonis. Jadi apa bagaimana maksudnya?
Maksudnya adalah jika Pawongan atau hubungan antar manusia, Palemahan atau hubungan manusia dengan lingkungan, dan Parahyangan atau hubungan manusia dengan Tuhan, kesemuanya berjalan dengan seimbang. Tiga hal ini disebut dengan Tri Hita Kirana.
Berlandaskan filosofi ini, tidak hanya membangun tapi juga memberikan hiasan di rumah, orang Bali tidak terlepas dari nilai-nilai adat. Biasanya mereka mengungkapkan keindahan atau simbol-simbol agama dalam hiasan rumahnya. Misalnya hiasan bentuk hewan dalam lukisan atau patung, itu adalah simbol-simbol ritual adat Bali. Selain itu yang pasti, di rumah Bali akan Kamu jumpai dupa dibakar dan bertebaran di seluruh ruangan rumah. Sebagai lambang persembahan.
Ukir-ukiran di dinding rumah orang Bali bukan tanpa arti ya. Ukiran itu punya filosofi gambaran kehidupan manusia, tumbuhan dan binatang di alam semesta. Seperti motif Keketusan atau tumbuhan yang melengkung besar, motif Kekarangan yang melambangkan tumbuhan perdu, dan Pepatran yang bermotif bunga-bungaan. Tidak jarang juga ada ukiran mantra-mantra di dinding atau corak-corak magis lainnya. Terkesan seram, tapi juga sangat artistik!
Sampai arah letak rumah juga disesuaikan dengan nilai adat. Jika rumahnya berhadapan dengan gunung, maka itu dianggap keramat. Istilahnya adalah Kaja. Tidak heran jika rumah ibadah atau pura suci selalu menghadap ke gunung. Sedangkan jika menghadap laut, itu dianggap tidak suci, atau disebut Kelod. Seperti area pemakaman Bali pasti akan dihadapkan ke laut. Berhubungan dengan kematian.
Bagaimana sudah cukup banyak kah wawasan Kamu tentang rumah adat Bali dan filosofinya? Kalau Kamu ke Bali, sepertinya Kamu bisa uji pengetahuan dengan orang Bali, setelah banyak menyerap wawasan dari artikel ini? Hehe. Terimakasih telah membaca, semoga bermanfaat ya!