Upacara Ngaben Dan Jenisnya

Kamu pasti sudah sering mendengar istilah Ngaben baik saat pergi ke Bali maupun hasil cerita teman dan keluarga. Imajinasimu menjadi liar dan mungkin sangat berbeda dari apa yang sebenarnya terjadi selama prosesi Ngaben berlangsung. Mulai dari tahap pembarakan hingga pembuangan abu ke laut yang kemungkinan tidak kamu ketahui.

Selain itu, Ngaben juga memiliki beberapa jenis dengan tujuan dan syaratnya masing-masing. Supaya jelas, berikut ini adalah ulasan singkat mengenai Ngaben serta Jenisnya.

[toc]

Apa Itu Ngaben?

Sumber: Blog Kuta

Ngaben adalah proses upacara pembakaran jenazah yang dilakukan oleh umat Hindu Bali. Prosesi Ngaben biasanya berlangsung cukup lama dan melibatkan berbagai elemen masyarakat sekitar baik dari pemimpin adat, keluarga, hingga masyarakat. Ada beberapa tahapan dalam prosesi Ngaben yaitu dari Ngulapin, Nyiramin, Ngajum Kajang, Ngaskara, Mameras, Papegatan, Pakiriman Ngutang, Ngising, Nganyud, hingga Makelud.

Tahap-tahap tersebut terbagi menjadi tiga aktivitas besar yaitu mempersiapkan upakara, membersihkan atau menyucikan jenazah, dan membersihkan lingkungan sekitar setelah Ngaben berlangsung. Upacara Ngaben termasuk dalam rangkaian upacara dalam Pitra Nyadnya atau upacara yang dilakukan ketika seseorang sudah meninggal.

Versi Asal Usul Kata Ngaben

Sumber: Adira Finance

Terdapat tiga versi cerita mengenai asal usul istilah Ngaben. Versi pertama mengatakan bahwa istilah Ngaben berasal dari kata Beya dengan arti proses pembekalan. Dengan makna ini, Ngaben dianggap sebagai proses untuk membekali jiwa seseorang yang sudah wafat dalam perjalanan menuju Sonia Loka.

Baca juga: Tari Kecak Uluwatu dan Sejarah Tari Kecak

Mengingat umat Hindu Bali mempercayai adanya proses reinkarnasi, maka pembekalan dirasa perlu sebelum penentuan apakah jiwa atau atma seseorang akan lahir kembali atau malah mencapai moksa dan terbebas dari Samsara (siklus lahir kembali).

Baca juga:   Mengagumi Megahnya Patung Garuda Wisnu Kencana
Sumber: waklaba.blogspot.com

Versi kedua mengatakan bahwa istilah Ngaben sebenarnya berasal dari kata Ngabu yang berarti memberi abu atau membuat sesuatu menjadi abu. Versi ini bisa dibilang masuk akal karena inti kegiatan dari prosesi Ngaben adalah pembakaran jenazah hingga menjadi abu.

Abu jenazah yang sudah terkumpul akan dihempaskan ke laut atau sungai bersamaan dengan ‘upakara’ (alat upacara) dan uang dalam jumlah tertentu. Proses tersebut bertujuan untuk melepaskan ruh/jiwa/atma dari unsur keduniawian, membekali ruh secara simbolis, sekaligus mempermudah proses penyatuan dengan Tuhan (Moksa) melalui aliran sungai dan laut.

Sumber: liputanplus.blogspot.com

Sedangkan versi terakhir, isitlah ‘Ngaben’ dianggap sebagai pergeseran kata dari ‘Ngapian’. Hal ini karena proses Ngaben akan selalu melibatkan api terutama dalam proses pembakaran. Namun, orang Bali pada umumnya memang mempermudah pengucapan Ngapian menjadi Ngapen yang kemudian berubah menjadi Ngaben seiring waktu.

Walau terdapat beberapa versi mengenai asal-usul katanya, tujuan ‘Ngaben’ tetaplah sama yaitu untuk melepaskan atma dari unsur duniawi dan mencapai Moksa. Ngaben sendiri juga merepresentasikan rasa ikhlas serta penyucian kepada jenazah oleh pihak keluarga yang ditinggalkan.

Jenis Ngaben Umat Hindu Bali

Proses Ngaben dalam umat Hindu ada lima jenis. Mulai dari Ngaben Sewa Wadana, Ngaben Swasta, hingga Warak Kuron. Pada dasarnya, jenis Ngaben ini dibedakan berdasarkan jenazah yang diupacarakan. Berikut ini ulasan lengkapnya,

Ngaben Sewa Wadana

Sumber: IDN Times

Ngaben Sewa Wada akan dilakukan terhadap jenazah dalam kondisi utuh dan belum dikubur. Persiapan dan semacamnya akan dilakukan dalam tiga sampai tujuh hari. Jenazah biasanya akan diperlakukan layaknya masih hidup dengan diberikan makan serta pakaian. Untuk mencegah pembusukan, pihak keluarga akan memberikan ramuan khusus atau merendamnya dengan es batu sehingga jenazah masih awet hingga prosesi akhir Ngaben Sewa Wadana.

Baca juga:   Tari Kecak Uluwatu dan Sejarah Tari Kecak

Baca juga: Jenis Pakaian Adat Bali yang Harus Kamu Ketahui

Ngaben Asti Wadana

Sumber: baliexpress.jawapos.com

Berbeda dengan Ngaben Sewa Wadana, prosesi Ngaben Asti Wadana (Ngangkid Sawa) akan dilakukan terhadap jenazah yang sudah pernah dikubur. Tentunya, Ngaben yang satu ini hanya dilakukan pada kerangka jenazah yang masih tersisa setelah diambil dari liang kubur. Namun, Ngaben Asti Wadana tidak bisa dilakukan di semua tempat karena beberapa daerah tidak mengizinkan upacara kematian ini.

Pelarangan Ngaben jenis ini terjadi karena dikhawatirkan bisa membuat daerah proses menjadi ‘leteh’ atau tidak suci dan kotor. Maka dari itu, sebelum melakukan Ngaben Asti Wadana perlu meminta izin ke pura tempat proses berlangsung, memberikan sesajen yang cukup besar, dan kegiatan simbolis lainnya seperti menyembelih ayam bulu hitam.

Ngaben Swasta

Ngaben Swasta adalah prosesi Ngaben terhadap jenazah yang wafat di luar negeri atau jenazahnya tidak ada di tempat. Tentunya, proses Ngaben ini tidak akan melibatkan jenazah maupun kerangka mayat. Sebagai upaya simbolis, pihak keluarga akan menggunakan kayu cendana yang telah dilukis dan diisi aksara tertentu sehingga bisa menjadi badan kasar dari atma yang bersangkutan.

Ngelungah

Jenis upacara Ngaben selanjutnya adalah Ngelungah. Ngaben jenis ini dilakukan untuk jenazah bayi yang belum tanggal gigi atau sebelum ketus gigi. Umat Hindu percaya bayi yang belum tanggal gigi memiliki jiwa yang suci sehingga harus segera dikubur sesuai Lontar Yama Purana Tatwa.

Warak Kuron

Jenis Ngaben yang terakhir adalah Warak Kuron. Warak Kuron adalah upacara Ngaben yang dilakukan terhadap bayi yang keguguran atau belum lahir namun telah memiliki atma atau ruh.

Baca juga: Rumah Adat Bali dan Filosofisnya

Baca juga:   Keindahan Monkey Forest Ubud yang Harus Kamu Kunjungi

Secara umum, proses Ngaben sudah menjadi budaya sekaligus tradisi bagi Umat Hindu di Bali. Rangkaian upacaranya yang panjang merupakan upaya pelepasan jenazah baik secara ‘sekala’ (nyata) dan ‘niskala’ (tidak nyata). Upacara Ngaben juga menjadi momen duka dan cita karena harus merelakan kepergian orang terdekat. Dengan melakukan Ngaben, orang-orang dekat jenazah dianggap telah melakukan tanggung jawabnya dengan baik.

Leave a Comment